Pages

Subscribe:

Sabtu, 16 Maret 2013

Cerita rakyat : bawang merah, bawang putih



Cerita rakyat : bawang merah, bawang putih
m
asa dahulu saat di sesuatu desa tinggal sesuatu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu serta seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. mereka yaitu keluarga yang bahagia. walau bapak bawang putih cuma pedagang biasa, tetapi mereka hidup rukun serta damai. tetapi satu hari ibu bawang putih sakit keras serta selanjutnya meninggal dunia. bawang putih amat berduka demikianlah juga ayahnya.

di desa itu tinggal juga seorang janda yang mempunyai anak bernama bawang merah. sejak ibu bawang putih meninggal, ibu bawang merah kerap berkunjung ke tempat tinggal bawang putih. dia kerap membawakan makanan, menolong bawang putih membereskan tempat tinggal atau cuma menemani bawang putih serta ayahnya mengobrol. selanjutnya bapak bawang putih berpikir bahwa barangkali tambah baik seandainya ia menikah saja dengan ibu bawang merah, agar bawang putih tidak kesepian lagi.

dengan pertimbangan dari bawang putih, maka bapak bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. awalannya ibu bawang merah serta bawang merah amat baik pada bawang putih. tetapi lama kelamaan karakter asli mereka mulai terlihat. mereka sering memarahi bawang putih serta memberinya pekerjaan berat bila bapak bawang putih tengah pergi berdagang. bawang putih mesti kerjakan seluruh pekerjaan tempat tinggal, sesaat bawang merah serta ibunya cuma sekedar duduk saja. sudah pasti bapak bawang putih tidak mengetahuinya, dikarenakan bawang putih tidak dulu menceritakannya.

satu hari bapak bawang putih jatuh sakit serta lantas meninggal dunia. sejak waktu itu bawang merah serta ibunya makin berkuasa serta semena-mena pada bawang putih. bawang putih nyaris tidak dulu beristirahat. dia telah mesti bangun sebelum saat subuh, untuk menyiapkan air mandi serta sarapan untuk bawang merah serta ibunya. lantas dia mesti berikan makan ternak, menyirami kebun serta membersihkan pakaian ke sungai. lantas dia tetap mesti menyetrika, membereskan tempat tinggal, serta ada banyak pekerjaan yang lain. tetapi bawang putih senantiasa lakukan pekerjaannya dengan gembira, dikarenakan dia mengharapkan satu waktu ibu tirinya dapat mencintainya layaknya anak kandungnya sendiri.

pagi ini layaknya biasa bawang putih membawa bakul diisi baju yang dapat dicucinya di sungai. dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalur setapak di tepi rimba kecil yang biasa dilaluinya. hari itu cuaca amat cerah. bawang putih segera membersihkan seluruh baju kotor yang dibawanya. karena sangat terlampau asyiknya, bawang putih tidak mengerti bahwasalah satu pakaian sudah hanyut terbawa arus. celakanya pakaian yang hanyut yaitu pakaian yang paling disayangi ibu tirinya. saat mengerti perihal itu, pakaian ibu tirinya sudah hanyut terlampau jauh. bawang putih coba menyusuri sungai untuk mencarinya, tetapi tidak sukses menemukannya. dengan putus harapan dia kembali ke tempat tinggal serta menceritakannya pada ibunya.


“dasar asal-asalan !” bentak ibu tirinya. “aku tidak ingin tahu, pokoknya anda mesti melacak pakaian itu ! serta janganlah berani pulang ke tempat tinggal seandainya kau belum menemukannya. tahu ?”

bawang putih terpaksa menuruti hasrat ibun tirinya. dia segera menyusuri sungai tempatnya membersihkan tadi. mataharisudah mulai meninggi, tetapi bawang putih belum juga mendapatkan pakaian ibunya. dia menempatkan matanya, dengan cermat diperiksanya tiap-tiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu pakaian ibunya tersangkut disana. sesudah jauh mengambil langkah serta matahari telah condong ke barat, bawang putih lihat seorang penggembala yang tengah memandikan kerbaunya. maka bawang putih ajukan pertanyaan : “wahai paman yang baik, apakah paman lihat pakaian merah yang hanyut melalui sini ? dikarenakan saya mesti mendapatkan serta membawanya pulang. ” “ya tadi saya tengok nak. seandainya anda mengejarnya cepat-cepat, barangkali kau dapat mengejarnya, ” kata paman itu.
“baiklah paman, terima kasih !” kata bawang putih serta segera lari kembali menyusuri. hari telah mulai gelap, bawang putih telah mulai putus harapan. sebentar lagi malam dapat tiba, serta bawang putih. dari terlalu jauh terlihat sinar lampu yang datang dari sesuatu gubuk di pinggir sungai. bawang putih segera hampiri tempat tinggal itu serta mengetuknya.
“permisi… !” kata bawang putih. seorang wanita tua buka pintu.
“siapa anda nak ?” tanya nenek itu.

“saya bawang putih nek. tadi saya tengah melacak pakaian ibu saya yang hanyut. serta saat ini kemalaman. bolehkah saya tinggal disini malam ini ?” tanya bawang putih.
“boleh nak. apakah pakaian yang kau mencari berwarna merah ?” tanya nenek.
“ya nek. apa…nenek menemukannya ?” tanya bawang putih.

“ya. tadi pakaian itu tersangkut di depan rumahku. sayang, walau sebenarnya saya suka pakaian itu, ” kata nenek. “baiklah saya dapat mengembalikannya, namun kau mesti menemaniku dulu di sini sepanjang 1 minggu. telah lama saya tidak mengobrol dengan siapa saja, bagaimana ?” pinta nenek. bawang putih berpikir sesaat. nenek itu terlihat kesepian. bawang putih lalu jadi iba. “baiklah nek, saya dapat menemani nenek sepanjang 1 minggu, asal nenek tidak jemu saja denganku, ” kata bawang putih dengan tersenyum.

sepanjang 1 minggu bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. tiap-tiap hari bawang putih menolong kerjakan pekerjaan tempat tinggal nenek. sudah pasti nenek itu jadi suka. sampai selanjutnya genap telah 1 minggu, nenek lalu memanggil bawang putih.
“nak, telah 1 minggu kau tinggal disini. serta saya suka dikarenakan kau anak yang rajin serta berbakti. karenanya cocok janjiku kau bisa membawa pakaian ibumu pulang. serta satu lagi, kau bisa menentukan satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah !” kata nenek.
awalnya bawang putih menampik diberi hadiah namun nenek terus memaksanya. selanjutnya bawang putih menentukan labu yang sangat kecil. “saya takut tidak kuat membawa yang besar, ” tuturnya. nenek lalu tersenyum serta mengantarkan bawang putih sampai depan tempat tinggal.

sesampainya di tempat tinggal, bawang putih menyerahkan pakaian merah punya ibu tirinya sesaat dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. alangkah terkejutnya bawang putih saat labu itu terbelah, didalamnya nyatanya diisi emas permata yang amat banyak. dia berteriak karena sangat gembiranya serta memberitahukan perihal ajaib ini ke ibu tirinya serta bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas serta permata tersebut. mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia dapat memperoleh hadiah tersebut. bawang putih lalu menceritakan dengan sejujurnya.

mendengar cerita bawang putih, bawang merah serta ibunya merencanakan untuk lakukan perihal yang sama namun saat ini bawang merah yang dapat mengerjakannya. singkat kata selanjutnya bawang merah hingga di tempat tinggal nenek tua di tepi sungai tersebut. layaknya bawang putih, bawang merah lalu diminta untuk menemaninya sepanjang 1 minggu. tidak layaknya bawang putih yang rajin, sepanjang 1 minggu itu bawang merah cuma bermalas-malasan. jikalau ada yang ditangani maka akhirnya tidak dulu bagus dikarenakan senantiasa ditangani dengan asal-asalan. selanjutnya sesudah 1 minggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “bukankah semestinya nenek memberiku labu sebagai hadiah dikarenakan menemanimu sepanjang 1 minggu ?” tanya bawang merah. nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah menentukan di antara dari dua labu yang di tawarkan. dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar serta tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

sesampainya di tempat tinggal bawang merah segera menjumpai ibunya serta dengan gembira menunjukkan labu yang dibawanya. dikarenakan takut bawang putih dapat menghendaki sisi, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. lantas dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. namun nyatanya bukan hanya emas permata yang keluar dari labu tersebut, tetapi binatang-binatang berbisa layaknya ular, kalajengking, dan sebagainya. binatang-binatang itu segera menyerang bawang merah serta ibunya sampai tewas. tersebut balasan untuk orang yang serakah.

SUMBER : GOOGLE

Jumat, 15 Maret 2013

cerita rakyat malin kundang (pr pak gozali)



Malin Kundang
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.

Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.

Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.

"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Pesan Moral : Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama kepada seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika sampai menjadi seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.


Minggu, 03 Maret 2013